Intensifikasi Peternakan Itik

Free Software Pc and AV -Clik here

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas Kita adalah untuk mencoba, karena disaat mencoba disitulah kita menemukan serta belajar membangun kesempatan untuk berhasil..!!
Share this :
Itik di Indonesia berperan sebagai penghasil telur dan daging.  Sebanyak  19,35% dari 793.800 ton kebutuhan telur di Indonesia dipenuhi dari telur itik. Peranannya sebagai penghasil daging masih sangat rendah yaitu 0,94% dari 1.450.700 ton kebutuhan daging di Indonesia. Rendahnya sumbangan produk itik terhadap kebutuhan telur nasional dikarenakan tingkat produktifitas  itik yang rendah.  Sebagian besar peternak itik menggunakan sistem gembala atau sistem tradisional dalam budidaya yang mereka lakukan.  Pada kenyataannya, tingkat produktivitas  telur  itik yang digembalakan berkisar antara 25% hingga 40%.  Sedangkan tingkat produksi telur itik terkurung dapat mencapai 56% hingga 69%.

  Di sisi lain, pengolahan dan pemberian pakan sangat penting untuk diperhatikan. Karena lebih dari 70% biaya produksi ternak itik baik petelur maupun pedaging berasal dari pakan. Walaupun demikian informasi kebutuhan gizi untuk itik petelur dan pedaging masih sangat terbatas. Pakan yang tidak memadai baik jumlah dan mutunya, mengakibatkan produktivitas telur rendah (maksimal 40%) dan bobot telur yang juga rendah (maksimal 65 gram per butir). Jika pemeliharaan dengan digembalakan, maka tidak ada jaminan kebutuhan pakan harian itik bisa tercukupi.  Hal tersebut dikarenakan ketersediaan pakan di setiap lokasi pengembalaan yang belum tentu memenuhi dari sisi jumlah dan komposisi gizi seimbang yang diperlukan itik. Air juga merupakan kebutuhan gizi yang sangat penting bagi unggas terutama untuk itik sehingga jumlah dan mutu air yang disediakan sangat perlu diperhatikan. Selain itu perhatian terhadap masalah kesehatan itik dan penerapan teknologi tepat guna manajemen pemeliharaan menjadi kebutuhan penting bagi pengelolaan usaha peternakan itik. 

Untuk bisa meningkatkan produksi telur dan pedaging maka pemeliharaan itik harus ditangani secara modern.  Modern dalam artian bahwa pengelolaannya tidak bisa dilakukan hanya sekedar usaha sambilan dengan pengelolaan yang ala kadarnya atau tradisonal. Pada akhirnya usaha peternakan harus mampu bergerak dalam ”situasi industri peternakan”.  Selama ini sektor swasta terutama perusahaan peternakan jarang sekali menyentuh peternakan itik untuk masuk dalam dunia industrinya, dengan berbagai pertimbangan.  Alasannya adalah bahwa itik belum menjadi sumber ”pundi-pundi kekayaan” yang menjanjikan.  Jika dibandingkan dengan ternak ayam ras atau sapi, maka itik masih sangat jauh tertinggal dari sisi industrialisasinya.  Itik identik dengan usaha sambilan masyarakat desa dan dipelihara dengan pola tradisional.
Industrialisasi peternakan itik dicapai jika manajemen pengelolaan dilakukan secara terpadu dan intensif dengan mengedepankan kualitas produknya. Artinya masyarakat peternak sudah harus bergerak di usaha peternakannya dengan menguasai permasalahan bibit dan pembibitan; sistem pemeliharaan itik yang meliputi bahan dan bentuk kandang serta peralatannya dan tatalaksana pemeliharaan; jenis dan bahan pakan serta cara pemeliharaannya.  Pemeliharaan kesehatan dan penanganan penyakit itik juga perlu dikuasai oleh peternak, dan yang tidak kalah penting adalah manajemen pasca panen dan manajemen pemasaran produknya. Pada akhirnya tuntutan kualitas akan menjadikan sektor hulu-hilir peternakan itik dilakukan oleh peternak itik.  Sehingga peternaklah yang membentuk, membangun dan mengembangkan industri peternakan itik.

Industri peternakan itik, tidak bisa dilakukan oleh peternak secara perseorangan.  Industri tersebut harus dibangun dengan basis kelompok peternak dengan unit-unit usaha yang terpadu dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Berbagai unit usaha tersebut dikelola secara profesional dengan manajemen usaha yang modern dengan menggunakan sistem informasi manajemen.
Kelompok pembibitan mampu menyediakan jenis-jenis bibit itik berkulitas untuk itik peterlur, itik pedaging maupun itik petelur dan pedaging. Di Indonesia memiliki jenis itik yang berkualitas, masalahnya selama ini belum tersedia sistem pembibitan yang memadai untuk mendukung perkembangan peternakan itik.  Kenyataannya, yang banyak muncul hanyalah penetasan dari telur-telur tetas yang diproduksi secara tidak terarah untuk menghasilkan bibit yang berkualitas.  Perubahan sistem pemeliharaan ternak itik ke arah intensif memerlukan upaya peningkatan kualitas bibit yang hanya dicapai melalui pengembangan sistem pembibitan ternak itik.

Selain kegiatan penetasan, kelompok ini juga selalu berupaya menemukan jenis-jenis itik baru yang lebih berkualitas dari jenis yang sudah ada.  Hal ini dapat dilakukan dengan perkawinan silang untuk menghasilkan jenis itik petelur unggul, itik pedaging unggul maupun itik petelur dan pedaging unggul. Misalnya antara itik Mojosari dan alabio.  Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pembibitan itik yaitu sistem produksi, sistem seleksi induk, sistem perkawinan dan kelayakan usaha.

Kelompok penyedia pakan atau lumbung pakan mampu menyediakan bahan-bahan kualitas dengan harga terjangkau.  Sebagaimana diketahui bahwa pakan memberikan kontribusi sebesar 70 % terhadap biaya produksi pemeliharaan ternak itik.  Oleh karena itu perlu disiasati dengan pencarian bahan-bahan yang banyak tersedia di wilayah tertentu.  Pada intinya pakan yang baik mengandung gizi yang seimbang antara protein (asam amino terutama methionin dan lisyn), karbohidrat (energi) dan garam-garam mineral. Setiap bahan pakan pada hakekatnya mengandung zat gizi tersebut, hanya kandungannya berbeda antara satu dengan yang lainnya.  Satu wilayah tentunya memiliki potensi bahan pakan tertentu yang jumlah cukup bahkan melimpah.  Bahan tersebut akan dijadikan sebagai komponen bahan dalam penyusunan pakan. Pilihan bahan misalnya dedak padi, padi, menir, jagung, sagu, bungkil kelapa, ikan, keong, ganggang, daging, gandum, bungkil kedelai bahkan sisa-sisa roti perusahaan dan sisa nasi dari rumah makan pun bisa menjadi sumber pakan alternatif.
Kelompok pemeliharaan dengan sistem intensif dibentuk untuk bisa menghasilkan produksi telur dan daging yang tinggi.  Sistem pemeliharaan tidak terlepas dari pemilihan bahan-bahan kandang yang berkualitas.  Bahan kandang harus mampu memberikan keamanan kepada ternak dalam menunjang produktifitas yang tinggi.  Bentuk kandang dengan tatalaksananya diharapkan mampu memberikan kenyamanan bagi ternak itik.  Kandang berfungsi untuk menciptakan micro climat  bagi itik sehingga sesuai dengan situasi lingkungan yang sesuai dengan itik.  Demikian juga dengan peralatan-peralatan kandang disediakan untuk memudahkan secara teknis proses pemeliharaan yang dilakukan.  Kelompok pemeliharaan juga harus mampu menguasai tatalaksana pemeliharaan ternak itik mulai persiapan sebelum itik umur sehari (DOD) tiba, pemeliharaan anak itik, pemeliharaan itik dara (pertumbuhan), pemeliharaan itik produksi, manajemen telur tetas dan konsumsi.  Selain itu tatalaksana pakan yang menyangkut jenis, jumlah dan waktu pemberian kepada ternak itik harus menjadi perhatian kelompok pemeliharaan.

Penanganan kesehatan itik dapat dilakukan dengan bio security.  Hal tersebut dilakanakan dengan tetap selalu menjaga kebersihan dan sanitasi kandang secara ketat. Kandang dengan ukuran dan bentuk yang tepat sangat mempengaruhi kesehatan itik.  Selain itu kandang juga secara berkala disemprot dengan desinfektan untuk menghilangkan kuman dan bakteri penyakit yang kemungkinan muncul. Selain itu vaksinasi yang rutin dilakukan untuk mencegah wabah penyakit yang bisa membahayakan itik.  Tetapi pada intinya, itik harus dalam keadaan prima (fit) sehingga ia kebal terhadap serangan penyakit yang datang. Penyakit juga bisa datang melalui pakan dengan kadar aflatoxin yang tinggi.  Kadar aflatoxin dapat menurunkan mutu pakan dan juga akan membahayakan kesehatan itik yang sensitif terhadap keracunan aflatoxin.  Sehingga perlu diperhatikan kadar aflatoxin dalam pakan disamping perlu ada manajemen penyimpanan pakan.  Terkait dengan pakan ini manajemen yang diterapkan adalak FIFO (first in first out).

Kelompok terakhir adalah kelompok pengolahan pasca panen dan pemasaran.  Nilai ekonomis suatu produk terkait juga dengan penyajian produknya. Akan berbeda jika pemasaran statu produk dalam bentuk van mentah, setengah jadi dan produk jadi tertentu.  Oleh karena itu unit-unit pengolahan produk perlu dibentuk untuk mendukung nilai jual dari produk yang ada. Telur dan daging itik dapat diolah dengan berbagai produk makanan yang berkualitas dengan harga yang bersaing.

Apabila kelompok-kelompok tersebut saling bersinergi maka akan sangat wajar apabila kesejahteraan peternak itik bisa tercapai.  Kesejahteraan diperoleh karena didukung oleh produktifitas yang tinggi dengan nilai jual produk yang tinggi pula.  Di sisi lain biaya-biaya produksi juga bisa semakin efisien terutama bibit dan pakan yang berkulitas dengan harga terjangkau, selain itu informasi tentang teknologi terbaru juga diperoleh dengan baik.  Pada akhirnya Industrialisasi peternakan itik berbasis kelompok bisa dijalankan di setiap perkampungan itik. source : http://www.masyarakatmandiri.org

Page Information

Title: Intensifikasi Peternakan Itik

URL: http://efry-day.blogspot.com/2011/06/intensifikasi-peternakan-itik.html

Posting Komentar

Tingalkan Komentar